Skip to main content

Dunia dan Manusianya

Pagi itu embun masih tebal menyelimuti dedaunan di ujung jalan ketika ia muncul dengan sepeda motornya. Waktu belum genap menunjukkan pukul 5 pagi, namun ia sudah meninggalkan kandangnya. Untuk apa? Tak ada yang tahu, bahkan ia sekalipun. Manusia-manusia yang entah memiliki tujuan atau tidak selalu saja membuat sesak perjalanan. Bukan sepenuhnya salah manusia mungkin, tapi mengapa tidak ada yang mau mengalah? Entah itu alam atau penghuninya, selalu saja ingin menjadi yang paling benar. Tapi, apa kau yakin manusia tidak ikut berperan di dalamnya? Bahkan kau sendiri tidak yakin atas apa yang saat ini kau pikirkan, apakah harus berhenti, berjalan, atau terus berlari. Apakah harus melanjutkan atau menghentikan. Apakah kau memilih untuk patah hati atau melupakan dan mencari lagi. Semua menjadi pilihan dan rahasia masing-masing, tak satupun tahu apa yang dipikirkan para manusia itu. Tentu saja, kecuali Tuhan yang Maha Tahu segalanya. Satu pertanyaan yang hingga detik ini masih menjadi pertanyaan: jadi, untuk apa tulisan ini? Apa maksud tulisan ini? Memang manusia sangat random, bahkan yang menulis saja tidak mengerti apa maksudnya wkwkwkw. Sekian. Kalian yang membaca telah menghabiskan beberapa menit terakhir untuk membaca tulisan yang tidak jelas arah dan tujuannya ini. Entah menjadi puisi atau hanya kata-kata random saja. Yah, memang sepertinya ini hanya kata-kata saja. Tidak berarti. Jangan terlalu dipikirkan. Bahkan yang menulis saja hanya iseng belaka, hanya memuaskan ego ingin menulis. Padahal tidak ada ide apa yang harus ditulis. Hehe, makanya jangan tertipu judul.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita dari Mahakam: Mangu, Pesut, dan Senja

     Pagi itu langit terlihat sedikit mendung. Di dalam kamar, aku mengemasi barang-barang; memasukkan beberapa pasang baju dan dibalik pintu sepasang sandal tampak setia menunggu. Rencananya siang itu kami akan pergi ke Desa Pela. Ya, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara. Desa ini membentang di sepanjang Sungai Mahakam, habitat alami pesut mahakam yang semakin langka.      Sebelum melanjutkan cerita perjalanan, izinkan aku sedikit menjelaskan tentang mamalia unik ini. Pesut Mahakam ( Orcaella brevirostris) merupakan lumba-lumba air tawar yang hidup di sungai tropis. Sejak tahun 2000, pesut mahakam berstatus critically endangered karena populasi pesut dewasa berjumlah kurang dari 50 individu. Pada awalnya pesut mahakam banyak ditemukan di sekitar Muara Pahu-Penyinggahan, Kabupaten Kutai Barat, namun mereka mulai bermigrasi ke daerah Muara Muntai, Pela, dan Muara Kaman akibat meningkatnya lalu lintas ponton batu bara serta alih fungsi la...

Mengenal Manusia

  Manusia. Satu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga, salah satu jenis makhluk hidup yang menempati planet nomor tiga di susunan tata surya Galaksi Bimasakti. Konon katanya manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya karena ia begitu dicintai oleh Sang Pencipta. Bahkan, di antara semua makhluk yang hidup di planet ini, hanya manusia yang diberikan akal dan perasaan olehNya.  Karena memiliki akal dan perasaan, makhluk ini pun menjadi beraneka ragam sifat dan karakternya. Ada yang hidup menjadi orang baik, ada yang menjadi orang jahat, ada yang sangat jahat (bahkan iblis yang bertugas menghasut manusia pun minder dengannya), dan lain-lain. Mengenal manusia juga tidak sesederhana   itu, hati manusia yang tersembunyi di dalam rongga perut sebelah kanannya tidak bisa dilihat langsung, makanya sulit sekali menebak perasaan makhluk ini. Begitu pula apa yang ada di dalam pikirannya. Otak dilindungi oleh suatu kerangka keras bernama tengkorak, kalau tidak dibuka, apa i...

Sebuah Fase

      S atu tahun lebih telah berlalu, dan tak ku sangka aku mampu. Aku tidak mengira malam-malam kelabu itu akhirnya berlalu dan kini semua kembali normal. Tapi, sejujurnya aku pun tidak yakin apakah kini memang benar-benar sudah menjalani hidup yang normal dan kembali menjadi diriku yang dahulu?     Beberapa lama rasanya seperti kehilangan diri sendiri. Aku pikir merelakan itu mudah, karena aku pun tahu bahwa rela atau ikhlas itu memang sesuatu yang seharusnya aku lakukan dan semua kejadian yang terjadi adalah atas kehendakNya. Tapi, apa iya semudah itu? Ternyata tidak. Ada beberapa fase yang ternyata berlalu selama 1 tahun terakhir di hidupku. Dan aku rasa aku sudah bisa menceritakan semuanya sekarang.      Jika boleh jujur, awalnya aku tidak merasakan apapun. Disaat yang lain berlinang air mata, aku hanya terdiam menatap rumah terakhir ibuk disana. Aku hanya berkata lirih, "semoga tenang" kemudian kembali ter...