Skip to main content

Dan Dunia Itu telah Runtuh

Saat itu akupun tersadar, ah memang semua yang ada di dunia ini hanyalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya.

    Satu hari, dua hari, hingga lebih dari satu minggu telah berlalu. Hari itu Jumat, 21 Oktober 2023 seseorang yang sangat sangat sangat berarti untukku telah pergi untuk selamanya. Mengapa aku menuliskan kata 'sangat' sebanyak tiga kali? Ya, karena memang seperti itulah sosok ibu untukku, bahkan tiga kalipun tidak bisa mewakili seberapa berarti dia untukku. Kehilangan bukanlah kata yang baru saja aku kenal, bukan juga sesuatu yang mengagetkan, tapi kali ini berbeda. 25 tahun menjalani kehidupan di dunia ini, siapa lagi orang yang selalu ada dalam suka maupun duka? Ibu. Hubungan kami memang bukanlah suatu hubungan yang sempurna, tidak jarang juga eyel eyelan (apa ya bahasa indonesianya haha), tapi tentu saja per-eyel eyelan itu tidak berjalan lama. Hanya beberapa saat saja dan kami akan berbaikan hanya dengan 'yuk cari es campur'. 

        Kalau ditanya, apakah kamu ikhlas? Ya, tentu saja. Namun aku juga manusia yang tidak semudah itu melupakan begitu banyak kenangan yang telah kami lalui bersama. Sepertinya ini adalah titik terendah di dalam hidupku. Ah jadi bingung mau melanjutkan tulisan ini. Terlalu banyak rasanya yang berkecamuk di kepala sampai-sampai mau bekerjapun tidak fokus. 

        Apa yang kamu rasakan? Kok terlihat biasa saja. Hmm, lalu harus bagaimana? Apa aku harus memberitahu seluruh dunia apa yang aku rasakan? Sedih dan kehilangan tentu saja. Setiap pagi ibu yang selalu mengingatkan 'hayo cepet siap siap keburu telat ngantor', lalu kini menghilang. Dan tahukah kamu bahwa doa ibu itu adalah doa yang paling 'manjur', tapi kini doa doa itupun telah berhenti menyertaiku. 

        Aku senang ibu sudah tenang disana, tidak merasakan sakit, dan tentunya dekat dengan Sang Pencipta. Loh, kok kamu yakin dengan kalimat 'dekat dengan Sang Pencipta'? Iya, ibu itu orang yang sangat baik, rajin beribadah, pokoknya selalu menjauhi laranganNya dan menjalankan perintahNya. Seperti itulah sosoknya. Dan pada waktu dia pergi, semua merasa kehilangan. 

            Namun, biar aku deskripsikan perasaanku saat ini. Awalnya, ketika dia pergi, ya tentu saja sedih. Seiring berjalannya waktu, dan dengan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan, aku merasa 'baiklah memang ini jalannya'. Tetapi, ada waktu waktu dimana aku merasa 'mengapa begitu? kenapa harus secepat ini? bagaimana dengan doaku apakah tidak didengar?' Perasaan dan pikiran itu muncul ketika aku diam, tidak melakukan apapun, atau sedang sendirian. Tapi akhir-akhir ini ketika bekerja pun bisa tiba-tiba teringat ibuk. Apakah itu artinya aku tidak ikhlas? Hmm tidak juga sih. Hanya perlu waktu sepertinya.  

        Satu harapan dan pesan untuk diri ini, jangan menyerah. Teruslah hidup dengan baik seperti kata ibuk. Hanya satu yang bisa kamu lakukan yaitu Berdoa. Dan berdoalah agar dipertemukan kembali di surgaNya kelak. Sekian. 


Samarinda, Kalimantan Timur
Bonus Foto yang diambil di Samarinda



Dari,


Amaghfira

  

Comments

Popular posts from this blog

Cerita dari Mahakam: Mangu, Pesut, dan Senja

     Pagi itu langit terlihat sedikit mendung. Di dalam kamar, aku mengemasi barang-barang; memasukkan beberapa pasang baju dan dibalik pintu sepasang sandal tampak setia menunggu. Rencananya siang itu kami akan pergi ke Desa Pela. Ya, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara. Desa ini membentang di sepanjang Sungai Mahakam, habitat alami pesut mahakam yang semakin langka.      Sebelum melanjutkan cerita perjalanan, izinkan aku sedikit menjelaskan tentang mamalia unik ini. Pesut Mahakam ( Orcaella brevirostris) merupakan lumba-lumba air tawar yang hidup di sungai tropis. Sejak tahun 2000, pesut mahakam berstatus critically endangered karena populasi pesut dewasa berjumlah kurang dari 50 individu. Pada awalnya pesut mahakam banyak ditemukan di sekitar Muara Pahu-Penyinggahan, Kabupaten Kutai Barat, namun mereka mulai bermigrasi ke daerah Muara Muntai, Pela, dan Muara Kaman akibat meningkatnya lalu lintas ponton batu bara serta alih fungsi la...

Sebuah Fase

      S atu tahun lebih telah berlalu, dan tak ku sangka aku mampu. Aku tidak mengira malam-malam kelabu itu akhirnya berlalu dan kini semua kembali normal. Tapi, sejujurnya aku pun tidak yakin apakah kini memang benar-benar sudah menjalani hidup yang normal dan kembali menjadi diriku yang dahulu?     Beberapa lama rasanya seperti kehilangan diri sendiri. Aku pikir merelakan itu mudah, karena aku pun tahu bahwa rela atau ikhlas itu memang sesuatu yang seharusnya aku lakukan dan semua kejadian yang terjadi adalah atas kehendakNya. Tapi, apa iya semudah itu? Ternyata tidak. Ada beberapa fase yang ternyata berlalu selama 1 tahun terakhir di hidupku. Dan aku rasa aku sudah bisa menceritakan semuanya sekarang.      Jika boleh jujur, awalnya aku tidak merasakan apapun. Disaat yang lain berlinang air mata, aku hanya terdiam menatap rumah terakhir ibuk disana. Aku hanya berkata lirih, "semoga tenang" kemudian kembali ter...

Mengenal Manusia

  Manusia. Satu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga, salah satu jenis makhluk hidup yang menempati planet nomor tiga di susunan tata surya Galaksi Bimasakti. Konon katanya manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya karena ia begitu dicintai oleh Sang Pencipta. Bahkan, di antara semua makhluk yang hidup di planet ini, hanya manusia yang diberikan akal dan perasaan olehNya.  Karena memiliki akal dan perasaan, makhluk ini pun menjadi beraneka ragam sifat dan karakternya. Ada yang hidup menjadi orang baik, ada yang menjadi orang jahat, ada yang sangat jahat (bahkan iblis yang bertugas menghasut manusia pun minder dengannya), dan lain-lain. Mengenal manusia juga tidak sesederhana   itu, hati manusia yang tersembunyi di dalam rongga perut sebelah kanannya tidak bisa dilihat langsung, makanya sulit sekali menebak perasaan makhluk ini. Begitu pula apa yang ada di dalam pikirannya. Otak dilindungi oleh suatu kerangka keras bernama tengkorak, kalau tidak dibuka, apa i...